Home » , » Batu Bio Solar Tetap Jadi Barang Buruan

Batu Bio Solar Tetap Jadi Barang Buruan


Anda pasti sering mendengar perbincangan tentang batu bacan. Dua  atau tiga tahun terakhir, batu asal pulau Bacan di Maluku ini memang membuat bangga Indonesia. Keunikan batu bacan ini adalah batu ini ‘terkesan’ hidup, karena warna hitam di batu tersebut akan hilang jika terus dikenakan baik itu sebagai cincin maupun liontin.

 Air keringat dan suhu badan kita yang hangat membuat proses hilangnya hitam di batu bacan akan lebih cepat. Bahkan, kalau kerap kita gunakan batu ini akan meng-kristal atau tembus pandang jika kita lihat dengan bantuan matahari atau cahaya senter. Jika sudah Kristal makan harganya pun jauh lebih mahal.

 Batu bacan yang cukup familiar dan digemari adalah bacan doko dan palamea yang berwarna hijau serta bacan obi yang warnanya agak kemerahan. Bacan yang cukup diburu saat ini adalah bacan dengan motif punggung kura-kura.

Nah, dalam setahun terakhir ini, batuan asal Aceh pun mulai unjuk gigi. Setelah asal Sumatera Barat yakni Sungai Dareh ‘tak mampu’ bersinar cukup lama, kini batuan asal propinsi paling barat Indonesia ini yang mulai ramai diperbincangkan. Setelah batuan jenis Aceh seperti Indocrase mulai mencuri perhatian, kini batuan jenis Giok asal Aceh yang ‘menggeliat’.  Adalah Ikrar, lelaki asli Aceh ini yang tanpa lelah memperkenalkan batuan jenis Nephrite ini di Indonesia. Lelaki berbadan gemuk ini mengatakan “Sembilan bulan terakhir ini, saya memperkenalkan batu Giok Aceh ini.”

 Syukurlah, apa yang dilakukan Ikrar membuahkan hasil. Saat ini Giok Aceh menjadi buah bibir pecinta batu di Indonesia bahkan mancanegara. “Batu Giok Aceh ini merupakan harta yang berharga bagi bangsa Indonesia.” Ujarnya saat kami temui di sekitar kawasan Rawabening Jakarta Timur. Batu Giok Aceh, menurut Boy yang duduk di sebelah Ikrar menambahkan batu giok ini bagaikan wanita cantik. Dimana ada wanita cantik, tentu disana aka nada lelaki. Artinya, “dimana ada Giok Aceh, pastilah disekitar lokasi tersebut banyak kandungan emas atau uranium.”ujar Boy yang berperawakan kurus tinggi ini.

 Ikrar kembali mengatakan batu Giok Aceh sangat banyak jenisnya. “Setidaknya, saya telah mengeluarkan 114 jenis batu giok Aceh. Namun, yang saya bawa ke Rawabening ini hanya beberapa jenis saja.”ujarnya sambil menunjukkan hamparan belasan baki berisi ratusan batu. Di tempatnya menggelar ratusan batunya ada Giok Aceh jenis Lumut Aceh, Bulu Musang dan Black Jade (Giok Hitam). Khusus untuk Black Jade, batu jenis ini berwarna hitam, namun bila disenter maka bagian dalam batu tersebut terlihat berwarna hijau. Black Jade ini juga memiliki kelebihan tersendiri. “Black Jade bisa menghilangkan nikotin pada rokok.” Jelas Ikrar. Ikrar menerangkan, sebatang rokok yang ditaruh diatas batu Black Jade selama 15 menit akan berasa tawar jika dirokok kemudian. Black Jade ini pun dapat melancarkan peredaran darah. “Namun, saya belum bisa membuktikan hal tersebut secara ilmiah.” Tukas Ikrar. Ikrar mengisahkan, dalam seminggu terakhir, ada pelanggannya yang membeli Black Jade beberapa kali. Ketika ditanyakan, ternyata pelanggan tersebut membeli Black jade untuk terapi punggung bagi ibunya.

 Ikrar kembali berkisah bahwa ia sangat ingin memperkenalkan Giok Aceh ini hingga ke mancanegara. Oleh sebab itu, ia sengaja belum mengekspor Giok Ini (walaupun ia yakin sudah ada orang lain yang meng-eksport Giok Aceh) dengan alas an ia ingin banyak pecinta batu di Indonesia yang memiliki batu mulia ini terlebih dahulu. “Jika sudah dikenal dunia dan bangsa asing banyak yang memiliki batu ini, maka harganya akan jauh lebih mahal. Kalau itu terjadi maka pecinta batu disini akan sulit untuk mendapatkannya, karena harganya tentu sudah tinggi.” Jelasnya. Dalam menjajakan batunya, Ikrar tidak mempermasalahkan banyak orang yang bertanya tapi tidak membeli. Yang terpenting, ia sudah memperkenalkan Giok Aceh ini. Ia pun ingin orang mengenali batunya terlebih dahulu baru memilikinya, “Jadinya kesannya tidak ikut-ikutan mas…”alasannya.

 Tidaklah lengkap seorang pedagang dan pecinta Giok Aceh jika tidak ikut pameran dan perlombaan. Ikrar sendiri pada September lalu meraih juara 1 di kelas bebas Indocrase solar. Batu jenis Solarnya menyisihkan beberapa batu milik pecinta solar dengan nama besar lainnya. “Batu jenis Solar ini memang tengah diburu. Bahannya jarang dan andaikan dapat pun dalam sebongkah batu ukuran 5 kg belum tentu mendapatkan batu yang terbaik.”terangnya sambil menunjukkan batu solar seukuran kuku jempol orang dewasa seharga jutaan rupiah. Kenapa disebut solar, karena warnanya menyerupai warna solar dan jika sudah Kristal maka harganya minimal bisa menyentuh jutaan rupiah.


Beberapa bulan terakhir ini di sudut-sudut jalan atau dibawah pohon rimbun akan kita lihat hamparan bahan batu cincin dan penggosoknya dengan menggunakan peralatan gosok yang masih cukup sederhana. Di tempat itu pun biasanya akan kita lihat beberapa pria duduk atau jongkok sambil menunggu bahan batu mereka yang tengah digosok.

 Mereka pun akan betah berada ditempat itu berjam-jam lamanya hanya untuk menanti hasil gosokan atau pun hanya sekedar sharing dengan sesama penggemar batu. Dengan ditemani segelas kopi dan rokok serta makanan ringan, mereka tidak begitu mempedulikan kebisingan dan teriknya matahari.

 Ya, batu asal Indonesia (khususnya) telah mendapatkan tempat khusus dihati para penggemar batu di Indonesia maupun mancanegara. Dalam banyak pameran dan perlombaan yang kerap diselenggarakan 1-2 tahun terakhir, penghobi batu asal luar negeri pun hadir untuk melihat secara langsung keindahan dan keunikan batu asal Indonesia. Dan, tidak sedikit diantara mereka yang membeli batu-batu asal Indonesia dan dibawa ke Negara asal mereka.

Written by : Your Name - Describe about you

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam id libero non erat fermentum varius eget at elit. Suspendisse vel mattis diam. Ut sed dui in lectus hendrerit interdum nec ac neque. Praesent a metus eget augue lacinia accumsan ullamcorper sit amet tellus.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

0 comments:

Post a Comment