Pengrajin batu di bilangan Pacitan, Wonogiri dan Wonosari.Gunung Kidul
(PAWONSARI) yang selama ini perkembangannya terseyok-seyok, dalam waktu
tidak terlalu lama akan bernafas lega. Mereka akan bisa belajar lebih
mendalami produk kerajinan yang terbuat dari bahan baku batu mulia dan
batu batuan lain. Itulah segenggam harapan masyarakat menjelang
berdirinya sentra industri kerajinan di Desa Wareng, Kecamatan Punung,
Kab.Pacitan Jawa Timur, binaan Yayasan Sejahtera Bhakti Pratama.
Harapan itu rasanya tidak berlebihan mengingat Yayasan Sejahtera
Bhakti Pratama yang diketuai Ibu Tatty Aburizal Bakrie menggandeng para
pakar berkemampuan menggerakkan Sumber Daya Manusia yang sangat
diperlukan dalam kegiatan produk kerajinan termasuk pemasaran yang
selama ini menghantui pengrajin batu di di kawasan ini.
Daerah perbatasan Kabupaten Pacitan, Wonogiri dan Gunung Kidul kaya
sumber daya alam berupa bahan baku kerajinan. Kekayaan itu belum
digarap secara optimal. Para pengrajin mengolah secara tradisional untuk
penghidupan sehari-hari. Sedang pengolahan 'batu mulia' yang lumayan
besar digarap UBIBAM (Unit Bina Industri Batu Mulia) Sripati di desa
Sukodono, Kecamatan Donorojo, Pacitan dan UBIBAM Sri Giri Sejati
berpusat di desa Sejati, Kec.Giriwoyo. Kabupaten Wonogiri yang letaknya
tidak terlalu jauh dari Kecamatan Punung.
Menurut pengakaman bapak Hardijanto S.I.P yang mantan petugas Bimbingan Produksi, Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal, Kab.Wonogiri,
yang sejak tahun 2003 dan setelah pensiun dipercaya Kadinas Sri
Wahyuningsih S.H dan Bupati Wonogiri Begug Purnomosidi SH memimpin
UBIBAM mencatat produk yang dikembangkan utamanya barulah asesoris lepas
sesuai pesanan, karena keterbatasan dana, ketrampilan olah, pemasaran
dan kurangnya info pasar.
Tidak aneh kalau kemudian para pengrajin serasa terhembus angin
segar terbetiknya berita niatan Yayasan SEJAHTERA BHAKTI PRATAMA untuk
mengembangkan kerajinan marmer dan batu-batuan di wilayah tandus di
perbatasan Pacitan, Wonogiri dan Gunung Kidul.
Kalau kegiatan yayasan itu betul-betul tumbuh disitu, dan nantinya
dapat mengembangkan klaster-klaster industri kerajinan termasuk
kerajinan batu mulia dan menyediaan kebutuhan dari hulu sampai hilir
akan sangat membantu pengrajin kecil disini. "Harapan para pengrajin
Yayasan juga dapat menyediakan bahan baku yang dapat dibeli
industri-industri kecil di wilayah ini. Pengrajin kecil tidak harus
pergi ke Solo, Semarang atau Yogyakarta untuk memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian biaya tinggi dapat dihindari, yang berarti akan menekan
biaya produksi."
Tersedianya bahan baku, bahan baku pembantu, spare part mesin
produksi dan kesediaan Yayasan Sejahtera Bhakti Pratama untuk menerima
produk yang sesuai kualitas dan desain yang dikehendaki pasar dengan
bimbingan-bimbingan dan pelatihan, tujuan Yayasan mengantar pengrajin
kecil Pacitan dan sekitarnya menembus pasar ekspor dengan harga dan daya
saing produk yang tinggi akan terujud.
Yang lebih menarik, tumbuh kembangnya kegiatan yayasan di wilayah
tersebut akan mendorong berkembang usaha kecil yang baru dan saling
mendukung. Contoh sederhana berkembangnya sentra industri akan banyak
menyerap tenaga kerja. Kesemuanya memerlukan kebutuhan penunjang seperti
makanan yang berarti akan tumbuh usaha lain semisal katering, makanan
olahan, kebutuhan anak sekolah serta usaha-usaha kecil yang lain.
Demikian juga uraian Bapak Menkokesra tentang pengalaman pengrajin
anyaman bambu di Lombok. karena di wilayah ini pohon bambu tumbuh dengan
baik. Kemampuan desain perlu ditularkan, disini. Dengan demikian kiprah
Yayasan peduli pengentasan usaha kecil akan lebih dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat.
Di Pacitan, Wonogiri dan Gunung Kidul banyak kekayaan alam yang
dapat dikelola masyarakat. Sebagai contoh bambu yang harganya Rp. 5.000
sebatang dapat mengasilkan berlipat setelah diproses dengan baik.
Bonggolnya dapat dibuat 'bebek-bebekan' sepeti di Klaten, keatas sedikit
dibuat 'kenthongan', keatas lagi dibuat 'asbak', keatas lagi dibuat
'cangkir', keatas lagi dibuat 'tempat pensil' yang sangat artistis bila
dipadu dengan batu mulia. Dan keatas lagi dianyam untuk berbagai
perabotan rumah tangga. Masih banyak potensi yang belum tergali karena
kurangnya pengetahuan dan permodalan.
Di Pacitan dan Wonogiri juga banyak obyek turis. Tak urung pusat
kerajinan ini akan menjadi sasaran para turis, sehinga tersedianya show
room yang bersedia menampung karya-karya rakyat, akan mendatangkan
income yang cukup menarik untuk daerah.
Penulis juga berharap, Pemerintah Daerah mampu menangkap sinyal
perkembangan yang akan terjadi di Jalur Selatan yang sedang giat-giatnya
dibangun seiring berkembangnya kerajinan rakyat yang dipandu
pakar-pakar berpengalaman di dunia bisnis yang diwadahi Yayasan
Sejahtera Bhakti Pratama. Misalnya daerah segera membangun sekolah
kejuruan khusus industri terkait unggulan wilayah.
Belajar dari pengalaman, daya saing produk menjadi lemah karena mata
rantai yang terlalu panjang. Sebagai contoh bahan kebutuhan baku dari
petani, ke tengkulak, ke pengumpul, ke pengumpul besar baru ke pabrik.
Jadi dari bahan baku saja nilainya sudah tinggi.Tragisnya yang
menikmati harga yang tinggi bukan petani. Maka harus dicari upaya agar
petani maupun pengumpul besar dapat menikmati tanpa mematikan kehidupan
mata rantai dengan cara memberi peluang .Adanya peluang usaha yang
kondusif maka mata rantai ditengah akan beralih ke profesi lain yang
lebih menjanjikan.Disini Koperasi dapat berperan banyak,
Kendala klise seperti masalah modal, teknologi produksi, pemasaran,
dan penguasaan informasi pasar diharapkan akan terpecahkan dengan
hadirnya yayasan.
Akan sangat menarik kalau Yayasan Sejahtera Bhakti Pratama juga
menggandeng Yayasan Dana Sejahtera Mandiri yang selama ini dikenal
banyak berperan dalam upaya pemberdayaan keluarga, termasuk pemberdayaan
usaha kecil dan koperasi yang ada di Wonogiri dan Jawa Timur termasuk
Pacitan..
Hal ini mengingat persoalan pertama pengrajin kecil adalah kesulitan
permodalan. Kalau modal dapat difasilitasi dari Yayasan Dana Sejahtera
Mandiri (Damandiri), akan tumbuh usaha baru. Namun jangan dilepas. Perlu
ada pengawasan, pengarahan dan bimbingan dari instansi teknis. Kalau
diberi kredit modal usaha tanpa diberikan bimbingan pada saat
pengembalian akan keberatan atau bahkan disalah gunakan.
Dari segi teknologi produksi Yayasan Sejahtera Bhakti Pratama yang
menurut Menkokesra mempunyai banyak ahli diharapkan memberikan
bimbingan teknik produksi mulai SDM-nya, produktifitasnya, mengenai
achievement motivation (motifasi untuk maju), efisiennya, mengenai
produk yang berkualitas, akhirnya akan tumbuh produktifitas tenaga kerja
yang baik dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Kemudian pasar. Kalau Bapak Menkokesra menyebut bahwa yayasan
Sejahtera Bhakti Pratama telah memiliki 3000 desain dan pasar ekspor,
hal ini sangat diharapkan dan ditunggu pengrajin Pacitan dan Wonogiri.
Yang tidak kalah penting adalah kendala budaya yang biasa terjadi di
daerah PAWONSARI perlu pembinaan dengan penuh kesabaran. Bagi
masyarakat pedesaan kalau ada orang punya hajat tidak hadir, ada orang
sakit tidak ikut mengantar ke dokter akan di omong orang. Lembur sampai
malam disebut berisik dsb. Akibatnya ketepatan waktu, sering dilanggar.
Kerajinan 'batu mulia' bukan kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk
orang-orang tertentu yang menyenangi batu. Harganya sulit diukur. Karena
selain langka juga merupakan barang seni. Maka kalau pasar dapat
difasilitas industri kecil di PAWONSARI akan dapat berkembang.
Masalah tenaga kerja sebenarnya tidak terlalu sulit karena para
pengrajin paling tidak telah memiliki ketrampilan dasar. Jaditadi lalau
desain sudah ditentukan berarti peluang akan semakin terbuka.
Pengalaman selama ini UBIBAM Sri Giri Sejati dengan 20 tenaga kerja
tetap, didukung tenaga trampil tidak tetap, selama ini melayani pesanan.
Itupun batu lepas, belum dirakit. Kreasi bentuk yang sudah digarap
antara lain buah-buahan, hewan dan piala. Kalau dari yayasan bisa
mengadakan pelatihan mengenai bagaimana merakit asesoris menjadi
perhiasan yang langsung bisa dipakai seperti giwang, kalung dan
lain-lain berarti nilai tambahnya akan diambil masyarakat.
Selama ini yang mengambil "nilai tambah" bukan masyarakat Wonogiri
dan Pacitan tetapi Yogya, Bali, Semarang dan Jakarta. Kita hanya membuat
oval, bulatan silinder dan berbagai macam asesoris lepas.Bahkan kristal
serumit apapun pengrajin sudah bisa membuatnya.
Di Bali, Yogya, Semarang dan Jakarta asesoris lepas dirakit dengan
perak kemudian di ekspor. Disini belum bisa. Maka perlu ada pelatihan
perakitan batu mulia. Selama ini turis disini belum bisa beli
perhiasan.Yang ada baru sebatas 'akik' yang lepas dari embanannya.
Dari sisi pengamanan pengrajin UBIBAM yang dijumpai penulis bertutur
selama administrasi berjalan baik, kemungkinan hilang kecil. Gudang
selalu mencatat bahan baku yang dikeluarkan untuk diolah.. Jenis batu
untuk diolah jadi bentuk apa sudah dapat dihitung. Apalagi untuk satu
produk dikerjakan lebih dari satu orang. Misalnya bagian pemotongan
batu, setelah selesai dipotong dibawa ke bagian pembentukan; kemudian
dibawa ke bagian poles atau penghalusan. Jadi tidak akan terjadi petugas
membawa hasil produk, karena yang lain akan mengetahui.
Tentang bahan baku, di Wonogiri banyak diketemukan batu kelas empat
dengan tingkat kekerasan 4 sampai dengan 7 antara lain Obsidiaan dan
agaat dll. Maka dalam pengembangan industri seyogyanya berpikir selain
menggunakan bahan baku yang banyak diketemukan di lokasi setempat bisa
saja didatangkan dari daerah lain,seperti dari Lampung atau Kalimantan,
namun pengerjaannya disini. Terlebih lagi dalam praktek jenis batu yang
diinginkan, tergantung selera pasar.
Deretan pegunungan kapur Wonogiri menyimpan potensi yang luar biasa.
Dalam lapisan tanah dan bebatuan gunung itu terpendam sebuah ”harta
karun”. Beberapa jenis batuan dapat diolah menjadi berbagai perhiasan.
Cukup
dipoles sedikit, jadilah ia berkilauan, seakan menyala ditimpa sinar
matahari. Ya, daerah itu mengandung banyak batu alam dan batu mulia yang
bisa disulap menjadi batu-batu hias. Beragam jenis batu mulia dapat
dijumpai. Seperti batu Jasper, Agate, Carnelian, Kuarsa, hingga batu
fosil kayu yang berumur jutaan tahun. Selain ditemukan di alam, batuan
itu juga kerap dijumpai di tanah pekarangan warga.
Ketika
masih teronggok di pekarangan atau tersembunyi di antara tumpukan
bebatuan, penampilannya tidak terlalu mencolok. Namun berkat tangan
dingin perajin, nilainya menjulang tinggi, mulai seharga ratusan ribu
hingga jutaan rupiah. Hadi Sutrisno (42), seorang perajin batu alam
Dukuh Giritengah RT3 RW2 Desa Sejati, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten
Wonogiri mengatakan, batu-batu mulia itu dapat dijumpai di wilayah
Wonogiri. Paling banyak adalah batu Jasper merah. Namun, para perajin
terkadang juga mendatangkan batu Jasper kuning dari Pacitan (Jatim).
Batu
Jasper berasal dari batuan kars atau kapur yang telah berusia jutaan
tahun. Tingkat kekerasannya mencapai 6,5 Skala Mohs. Kekerasannya jauh
lebih tinggi dari batu kapur biasa namun di bawah kuarsa. Batu itu dapat
dipoles menjadi berbagai asesoris, hiasan taman, atau hiasan interior
ruangan. Pria yang telah enam tahun menekuni kerajinan batu alam itu
mengungkapkan, batu hias jenis Jasper kini diminati. Kerajinan batu alam
itu menggantikan batu akik yang surut sejak krisis moneter 1997 silam.
Berbeda
dari akik, kerajinan batu alam dibuat dalam bongkahan-bongkahan ukuran
besar. Mulai sebesar bola sepak sampai seukuran meja makan. Batu itu
digerinda dan diampelas. Satu bongkah batu besar membutuhkan waktu
beberapa hari. Hasilnya, batu menjadi kinclong berkilauan seperti kaca.
”Untuk menyalakan (mengkilapkan) batu butuh waktu 3-6 hari,” ujarnya.
Batu-batu
Jasper merah, Jasper kuning, ataupun fosil kayu dipoles tanpa mengubah
bentuk aslinya. Guratan atau tonjolan-tonjolan batu itu tidak
dihilangkan, namun justru ditampakkan. Tidak jarang pembeli memesan
bentuk sesuai dengan keinginannya.
Walyono
(46), pemilik Kelompok Usaha Bersama (KUB) Permata Sari Desa Wates RT2
RW5 Kelurahan Giriwoyo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri mengatakan, para
perajin daerah itu juga membuat perhiasan dan asesoris dari batu
Obsidian. Hanya saja, batu Obsidian harus didatangkan dari Sukabumi,
Sumatera, Kalimantan, atau Papua. Harga bahan baku Obsidian berkisar Rp
8.000/kg.
Batu-batu Obsidian dibuat dalam ukuran yang lebih
kecil. Semisal untuk kalung, gelang, atau giwang. Ada pula yang
dijadikan asesoris berbentuk buah-buahan dan binatang. Harga produk itu
bervariasi, antara Rp 10.000 - 160.000/buah. Pasarnya mencapai Bali,
Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. ”Pokoknya ke
kota-kota yang banyak turisnya,” katanya.
Meski demikian, perajin
mengalami kendala. Yakni masalah listrik dan peralatan. Mereka
membutuhkan listrik dan peralatan yang lebih memadai untuk memenuhi
permintaan. Sebab, permintaan batu mulia itu sangat besar. Tidak jarang,
dia menerima pesanan lebih dari 3.000 buah, sementara kemampuan
produksi dalam situasi normal baru 2.500 buah/bulan.
Daerah itu
juga memiliki Unit Bina Industri Batu Mulia (Ubibam) Sri Giri Sejati di
Desa Sejati, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri. Perusahaan yang berdiri sejak
1989 itu menghasilkan produk perhiasan, kerajinan, dan asesoris dari
batu-batuan. Meski demikian, perusahaan itu mengalami kendala
permodalan.
Manajer Ubibam, Sugiyanto mengungkapkan, permodalan
menjadi masalah utama, seperti halnya perajin skala rumah tangga.
Padahal, permintaan sangat tinggi. Pihaknya bahkan tidak mampu memenuhi
permintaan dari Malaysia. Sebab, biaya operasional seperti pengiriman
barang, perekrutan tenaga kerja, sampai pembelian bahan baku sangat
tinggi.
Kabid Perindustrian Disperindagkop Wonogiri, Gunawan SIP
mengatakan, potensi kerajinan batu mulia di Wonogiri sebenarnya sangat
besar. Hanya saja, para perajin itu terkendala permodalan. Terutama
kejelasan status bagi Ubibam. Selama ini perusahaan itu belum pernah
menerima penyertaan modal dari APBD. Padahal, order berdatangan dari
berbagai daerah, seperti Bali, Semarang, Jakarta, Bandung.
Home »
Amethyst
,
Calsedhony
,
Kecubung
,
Keladen
» Pengrajin Batu Akik di Pactan dan Sekitarnya Mulai Bernafas Lega
Pengrajin Batu Akik di Pactan dan Sekitarnya Mulai Bernafas Lega
Posted by Informasi Tentang Batu Akik dan Batu Permata
Posted on 5:36 PM
with No comments
Written by : Your Name - Describe about you
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam id libero non erat fermentum varius eget at elit. Suspendisse vel mattis diam. Ut sed dui in lectus hendrerit interdum nec ac neque. Praesent a metus eget augue lacinia accumsan ullamcorper sit amet tellus.
Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::
Kategori
Amethyst,
Calsedhony,
Kecubung,
Keladen
0 comments:
Post a Comment